Pandangan itu dikemukakan sejumlah anggota dewan juri L.A Lights IndieFest 2008, menjelang Final Regional Jakarta di GOR Basket Senayan, baru-baru ini. "Indie itu lebih ke spirit dan 'attitude'," kata Satrio, salah seorang anggota juri.
Vokalis Pure Saturday itu menanggapi pertanyaan wartawan tentang predikat indie yang dilekatkan pada band-band peserta.
Sikap dan semangat kebebasan itu menjadi penting dalam kompetisi band IndieFest, yang memang membuka kesempatan kepada seluruh band non label besar untuk bisa menunjukkan karya-karya mereka.
"Indie boleh dibilang anti-main stream. Indie bukan seperti musik pop, yang umumnya berpola sama baik dalam karya musikal maupun liriknya," katanya.
Adib Hidayat, deputi editor umum Majalah Rolling Stone Indonesia yang juga anggota dewa juri mengatakan band indie memainkan musik yang tidak terjebak dalam satu pola tertentu, sangat variatif dan memiliki nilai seni.
"Selalu ada yang baru, fresh, dan segar," katanya. Meski demikian, ia mengatakan sangat sulit untuk mendefinisikan kata indie yang dilekatkan pada sebuah kelompok musik atau artis.
Ketika ditanyakan tentang latar belakang para juri yang berasal dari komunitas band indie, termasuk Koil dan Seringai, Satrio mengatakan hal itu sebagai wajar saja, karena memang yang dicari adalah mereka yang mengerti tentang makna indie.
Pada malan Final Regional Jakarta, anggota dewan juri tampil dengan band masing-masing, kecuali Satrio yang tidak tampil dengan Pure Saturday.
Penampil non juri termasuk Teenage Death Star, Zeke And The Popo, alumnus L.A Lights IndieFest, Monkey To Millionaire. Acara ditutup dengan penampilan 'jamsession' antara Koil, Minerva String Quartet dan Seringai.
Sebelum di Jakarta, Final Regional telah digelar di Surabaya, Bandung dan Yogyakarta.
Dari ribuan band yang mendaftarkan diri, telah terpilih 60 band yang lolos audisi. Jumlah itu akan disaring lagi untuk mendapatkan 24 band, dan akhirnya 12 band terbaik yang bakal mendapatkan kesempatan membuat album kompilasi.
0 komentar: